Minggu, 06 Juli 2014
Senin, 02 Juni 2014
KARAWITAN
MAKALAH
“LAPORAN HASIL KUNJUNGAN PEMENTASAN SENI di ISI ”
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Seni dan Karawitan
Dosen Pengampu :
Waluyo
DISUSUN OLEH :
Nama : Ismiati Ragil Handayani
NIM : A510120196
Kelas : IV E
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Karawitan
berasal dari kata rawit yang berarti rumit, indah, kecil, dan halus, dikatakan
rumit karena memiliki instrumen sendiri- sendiri. Kata jawa karawitan
khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang
bersistem nada nondiatonis ( dalam laras slendro dan pelog ) yang
garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memilikia
fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan
campuran yang indah didengar. mengandung nilai-nilai histories dan filsofis
bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan jawa merupakan salah
satu seni budaya yang siwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih
banyak digemari serta ditekuni. Secara Hipotesis, masyarakat Jawa sebelum
adanya pengaruh Hindu telah mengenal sepuluh keahlian, diantaranya adalah
wayang dan gamelan.
Medium karawitan yaitu
suara yang terdiri dari vokal dan instrumen. Instrumen memiliki beberapa fungsi
antara lain sebagai pamorga irama (pemimpin) yaitu kendang, sebagai pamorga
lagu yaitu rebab, sebagai penghias lagu seperti siter, gambang, suling, gender,
barung, dan penerus, dan sebagai penunjuk identitas bentuk gending seperti
gong, kenong, kempul, dan kethuk. Dalam karawitan mengolah unsur- unsur suara
yaitu tinggi rendah, panjang pendek, keras lirih, cepat lambat dan warna suara.
Karawitan dianggap
sebagai suatu kesatuan sistem musik yang memiliki unsur- unsur pembentuk antara
lain karawitan sebagai ungkapan seni, karawitan sebagai ilmu, perkembangan
karawitan dalam dunia seni dan dunia ilmu, keberadaan karawitan dalam konteks
sosial budaya (fungsi dan peranan karawitan dalam masyarakat dan budayanya).
Fungsi sosial untuk upacara tradisional seperti menikah dan peringatan hari
besar.
Gamelan termasuk musik
kontemporer / new musik gamelan. Gamelan termasuk tradisional karena usianya
tua, kualitas tinggi, dan penggunaan aturan yang ketat. Penggunaan aturan yang
ketat berhubungan dengan gamelan, aspek laras, aspek patet, aspek irama, aspek
bentuk dan jenis gendhing, dan aspek vocabuler garap. Dalam karawitan terdapat
berbagai jenis irama yaitu irama gropak, irama lancar, irama tanggung, irama
dadi, irama wiled, dan irama rangkep.
Dahulu pemilikan
gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini siapapun yang
berminat dapat memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan Jawa yang termasuk
kategori pusakamempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai
sosial, moral dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat kesenian
tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada. Duniapun mengakui bahwa
gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik
barat yang serba besar. Di dalam suasana bagaimanapun suara gamelan mendapat
tempat di hati masyarakat. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan
seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa
kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan. Semua itu karena
jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing.
B.
PEMBAHASAN
A. SAJIAN
KARAWITAN TRADISIONAL
Berikut adalah uraian dari sajian
seni karawitan tradisional yang telah dipentaskan oleh mahasiswa ISI Surakarta
pada tanggal 11 April 2014 :
1. Sajian
pertama oleh Dini Sekarwati dan Tri Haryoko. Jumlah pemain 30 orang yang
terdiri dari 1 orang pemain bonang, 1 pemain bonang penerus, 1 pemain rebab, 1
pemain gong yang merupakan satu paket dengan kempul, 1 pemain kenong, 1 pemain
kethuk kempyang, 1 pemain suling, 1 pemain siter atau kecapi, 9 orang sebagai
sinden, 3 orang pemain slenthem dengan pukul 2, 1 orang pemain slenthem biasa,
pemain balungan terdapat 7 orang antara lain 3 pemain demung, 3 pemain saron, 1
pemain saron penerusatau peking, 1 pemain pemain kajon karawitan suwuk
merupakan tanda akan selesai tempo cepat.
2. Sajian
kedua oleh Liliawati sebagai vokal, Danang Ari Prabowo ricikan rebab, dan Dani
ricikan gendir laras slendro patet 6. Jumlah pemain 26 orang, pemain hampir
sama dengan sajian pertama tetapi vokal hanya ada 1 orang, serta terdapat 4
penari, 1 orang dalang, terdapat drama yang menggunakan bahasa Jawa.
3. Sajian
ketiga oleh Dewi Mayang Arum sebagai vokal sinden, Deni Rahma Setyawan ricikan
rebab, Tri Bayu Santoso ricikan kendang, Swuh ricikan gendir, gending kethuk 4
minggah sekawan, menyajikan megatruh laras pelog patet barang. Jumlah pemain 27
orang, terdapat 1 orang sinden perempuan yang bernyanyi dan 5 sinden laki- laki
yang tepuk- tepuk serta bernyanyi, pemain musik yang lainnya sama dengan sajian
pertama.
B.
SAJIAN KARAWITAN MODERN
Berikut
adalah uraian dari sajian seni karawitan modern yang telah dipentaskan oleh
mahasiswa ISI Surakarta pada tanggal 16 April 2014 :
1.
Sajian
1 dipersembahkan oleh Arna Saputra dkk,
yang berjudul “Kluthekan”. Terdapat 10 pemain, 4 orang sebagai pengisi dan kelebihannya ada drama dan
lagunya. Sajiannya 1 suara dari gelas, botol kaca yang dipukul dan ditiup,
suara yang dihasilkan ada yang bernada tinggi ada juga
yang bernada rendah sehingga bisa terbentuk harmonisasi antara alat musik yang
satu dengan yang lain bisa terjalin dengan apik. Dalam cerita ada klimaksnya saat musik besar nyanyian besar saat musik
kecil nyanyian kecil.
2.
Sajian
2 dipersembahkan oleh Jasno dkk, yang berjudul “Trenyuh”. Terdapat 7 orang
pemain musik. Di awal pementasan ada bunyi dari bel kemudian senar yang ditarik,
ada suara air yang mengalir dari alat musik yang ada bambunya.
Musik yang disajikan divariasi dengan musik karawitan antara lain: bonang,
kempyang, dan rebab, Gitar, alat musik sejenis kajon hanya digunakan untuk lagu.
3.
Sajian
3 dipersembahkan
oleh Kukuh dkk, yang berjudul “Rondho”. Dalam pementasannya menggunakan alat musik kenyakan
tradisional antara lain: seruling, kendhang, bonang, dan kempyang. Tempo yang digunakan awalnya cepat kemudian melambat dan berakhir cepat lagi,
yang ditampilkan berupa lagu.
4.
Sajian
4 dipersembahkan oleh Suryo dkk, yang berjudul “Ngedablu” memiliki makna yaitu
bicara yang tidak jelas isinya / tidak ada artinya. Alat musik tradisional yang
digunakan antara lain: bonang, gong, balungan, seruling. Pada saat musiknya dimainkan terdengar tempo
yang lambat kemudian sedang dan
berakhir cepat. Dalam memainkan alat musik ada pengulangan musik
atau instrumen.
5.
Sajian
5 dipersembahkan oleh Toni dkk, yang berjudul “Kasmaran”.
Alat musik yang digunakan gabungan antara musik
tradisional dengan musik modern, alat musiknya antara lain:
kendhang, gong kecil, bonang, biola, dan gitar. Tempo yang digunakan komposer pada saat pementasan
awalnya lambat kemudian sedang dan berakhir cepat.
Yang disajikan berupa lagu dan musik,
ada pengulangan instrumen juga. Pada saat penutupan musiknya mulai mengecil.
6.
Sajian
6 di persembahkan oleh Udin dkk, yang berjudul “Lewat Belakang”.
Pementasan berupa modern musikal,
pembukaanya menggunakan pencahayaan korek api gas
yang dinyalakan kemudian dimatikan secara bergantian.
Sumber bunyi dari tong,
wajan yang di sreng-srengkan, gerindra yang mengeluarkan cahaya.
Adapun alat musik tradisional yang
digunakan yaitu rebab,
gong, kecapi, dan bonang. Tempo pada saat awal
sedang kemudian secara bertahap melambat.
PENUTUP
Karawitan dalam penyajiannya terbagi
menjadi 2 yaitu, sajian seni karawitan tradisional dan sajian seni karawitan
modern. Masing- masing jenis memiliki perbedaan dan persamaan. Karawitan
tradisional dalam penyajiannya selalu menggunakan baju adat jawa dan memiliki
alur cerita/ makna yang tradisional pula (biasanya alur ceritanya merupakan
legenda/ cerita rakyat), saat pementasan selalu menggunakan alat musik
tradisional murni, sinden selalu ada, tempo yang digunakan biasanya secara
bertahap akan semakin lambat, biasanya karawitan tradisional bersifat resmi dan
khas, karena sering dipentaskan pada acara tradisional/ resmi/ memperingati
hari besar.
Sementara
karawitan modern tidak selalu menggunakan kostum/ baju adat, memiliki alur yang
bebas, alat musik yang digunakan merupakan gabungan dari alat musik tradisional
dengan alat musik modern, tidak menggunakan sinden karena hampir semua pemain
akan bernyanyi atau turut serta menyumbangkan suara dalam pementasannya.
Biasanya tempo dalam karawitan modern akan semakin cepat apabila semakin mendekati
klimaksnya. Seni karawitan modern biasanya dapat dipentaskan pada semua acara,
sehingga karawitan modern bersifat bebas.
paper bahasa jawa
Nama :
Ismiati Ragil Handayani
NIM : A510120196
Progdi/ Kelas : PGSD/ IV E
A.
WIDYATEMBUNG (MORFOLOGI)
Widyatembung
(morfologi) utawi tata tembung menika
kalebet peranganing paramasastra ingkang ngrembag saha nyinau bab tembung,
dumadinipun tembung, lan ewahipun satunggaling tembung dados tembung ingkang
sanes jalaran kawuwuhan imbuhan.
1. Wujudipun
Tembung
Tembung inggih menika
wanda utawa kempalanipun wanda ingkang mawi teges. Tembung basa Jawi menika
katitik saking wujudipun saged kaperang wonten sekawan, inggih menika tembung
lingga, andhahan, rangkep, saha tembung cambora.
a. Tembung
Wod utawi Akar Kata
Tembung ingkang
langkung sepuh katandhing tembung lingga inggih menika tembung wod utawi akar kata. Wod tegesipun
oyod utawi akar, wujudipun namung
sakecap utawi sawanda namung saged dipunpadosi tegesipun.
b. Tembung
Lingga
Tembung lingga utawi kata asal (kata dasar), inggih menika
tembung ingkang tasih wetah, ingkang dereng pikantuk imbuhan menapa –menapa,
utawi tembung ingkang tasih wungkul, tasih wantah utawi tasih asli. Tembung
lingga saged dipungolongaken wujud bebas (bentuk
bebas). Tembung wonten ingkang dumadi saking sawanda, kalih wanda, utawi
tiyang wanda (suku kata).
c. Tembung
Andhahan
Tembung andhahan inggih
menika tembung ingkang sampun ewah saking asalipun. Tembung andhahan kadados
saking tembung lingga ingkang pikantuk imbuhan utawi tembung lingga ingkang
sampun dipunrimbag. Imbuhanipun (afiks)
wonten 4 (sekawan), inggih menika ater- ater (awalan, prefiks), seselan (sisipan,
infiks), panambang (akhiran, sufiks),
lan imbuhan sesarengan (konfiks).
1) Ater-
ater utawi Imbuhan wonten Ngajeng (Prefiks)
Inggih menika imbuhan
ingkang mapan wonten sangajengipun tembung lingga. Ater- ater ing basa Jawi
menika menawi kaperang wonten 14 inggih menika ater- ater a-, ma-/mer-, ma-(N),
anuswara, tripurusa, ka-, ke-, pa-, pi-, pra-, pri-, tar-, sa-, kuma-, kapi-,
kami-.
2) Seselan
utawi Imbuhan wonten Tengah (Infiks)
Seselan utawi sisipan (infiks) inggih menika imbuhan utawi
tambahan ingkang kapapanaken wonten satengahipun tembung. Seselan ing basa Jawi
cacahipun wonten 4, inggih menika -um-, -in-, -er-, saha –el-.
3) Panambang
utawi Imbuhan wonten Wingking (Sufiks)
Panambang utawi akhiran
(sufiks) inggih menika imbuhan
ingkang mapan lan dumunung wonten sakmburinipun tembung. Panyeratipun
kagandheng kalihan tembung lingganipun. Panambang wonten ing basa Jawi menika
cacahipun kathah sanget, kadosta -i/-ni, -a, -e, -en, -an, -na, -ana, -ane,
-ake.
4) Imbuhan
Sesarengan (Konfiks)
Imbuhan sesarengan
inggih menika imbuhan ingkang awujud ater- ater (prefiks) lan panambang (sufiks)
ingkang kawuwuh utawi katambahaken ing tembung lingga kanthi sesarengan.
Imbuhan saged kaperang dados 2, inggih menika :
a) Imbuhan
Sesarengan Rumaket (Serentak/ konfiks)
Tegesipun ater- ater
saha panambang kedah kaimbunhaken wonten tembung lingga kanthi sesarengan,
boten saged kapenthil- penthil utawi dipunpisah- pisah. Imbuhan basa Jawi
ingkang kalebet konfiks inggih menika
ka- +tembung+ -an, ke- +tembung+ -en, pa- +tembung+ -an, paN- +tembung+ -an,
pra- +tembung+ -an.
b) Imbuhan
Sesarengan Renggang (Boten Sareng)
Imbuhan sesarengan
renggang inggih menika imbuhan ingkang awujud ater- ater lan panambang ingkang
kasambungaken tembung lingga boten sesarengan, nanging setunggal mbaka
setunggal. Imbuhan sesarengan renggang wonten ing basa Jawi menika gunggungipun
kathah sanget, inggih menika {A- (Anuswara-) + -i, -a, -ake, -ana, di- + (-i,
-a, -ake, -ana); -in- + (-i, -ake, -ana) sa- + -e}
d. Tembung
Rangkep (Reduplikasi)
Tembung rangkep saged
kaperang dados 3, inggih menika dwilingga, dwipurwa, dwiwasana. Tembung
dwilingga kaperang dados 2, inggih menika tembung dwilingga wantah (murni) lan
tembung dwilingga salin swara. Tembung dwiwasana kaperang dados 2, inggih
menika tembung dwiwasana wantah (murni) lan tembung dwiwasana salin swara.
e. Tembung
Rangkep Mawa Imbuhan
1) Tembung
rangkep mawa ater- ater
2) Tembung
rangkep mawa seselan
3) Tembung
rangkep mawa panambang.
f. Tembung
Camboran
1) Tembung
camboran wutuh
2) Tembung
camboran tugel
2. Jinising
Tembung
a. Tembung
Aran (kata benda/ nomina)
b. Tembung
Kriya (kata kerja/ verba)
c. Tembung
Kaanan (kata sipat/ adjektiva)
d. Tembung
Katrangan (adverbia)
e. Tembung
Sesulih (Pronomina Pesona)
f. Tembung
Wilangan
g. Tembung
Panggandheng
h. Tembung
Dunung (Ancer- ancer)
i.
Tembung Panggenah (Panyilah)
j.
Tembung Panguwuh (Panyeru)
3. Ewah-
ewahaning Tembung
a. Tembung
Garba (sandi)
Inggih menika tembung
ingkang suwanten utawi tembungipun ewah jalaran tembung ing vokal ingkang pungkasan (tembung
kapisan) kepanggih kaliyan vokal
ingkang wiwitan ing tembung kaping kalih , lajeng nuwuhaken suwanten enggal
kawastanan sandi utawi tembung garba (peluluhan,
pelesapan utawi fusi).
b. Tembung
Yogyaswara
Inggih tembung ingkang
endah, tembung ingkang wandanipun wekasan nglegena, anggadhahi teges jaler
(priya) lan sawekdal- wekdal kagantos vokal
“I” ingkang anggadhahi teges estri (wanita).
Senin, 19 Mei 2014
ICT
PEMBELAJARAN ICT
A. MATERI
Materi mengenai flash animamation yang akan dipelajari antara lain:
1. Memaksimalkan fungsi blog.
2. Memfungsikan atau memaksimalkan aplikasi yang merupakan bawaan dari komputer.
3. Website “Story Bird”.
4. Media pembelajaran berbasis seni visual.
5. Media pembelajaran berbasis seni peran.
B. PERAN GURU
Sebagai seorang guru yang dalam masyarakat dianggap sebagai panutan guru haruslah menjadi pribadi yang santun. Maksud dari guru haruslah menjadi pribadi yang santun ialah, dimana guru dapat mengayomi siswa sehingga siswa dapat merasa nyaman jika berada di sekitar guru, serta guru haruslah memiliki sikap tegas sehingga guru disegani dan dihormati siswa, selain itu guru juga harus selalu konsisten dengan apa yang dikatakannya, sehingga seorang guru harus mempunyai aura guru.
C. TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Teknologi pendidikan memiliki beberapa prinsip, antara lain:
1. Berorientasi pada peserta didik (students centered).
2. Menggunakan pendekatan sistem.
3. Pemanfaatan sumber belajar secara luas dan maksimal
Dikatakan teknologi pendidikan karena terdapat beberapa perubahan yang terjadi antara lain penetapan isi yang pada awalnya bersifat individual menjadi kerja sama antar team sehingga menjadi lebih komprehensif. Rancangan pembelajaran menjadi lebih menyeluruh, sistematik dan instruksional. Dalam proses pembelajaran lebih sering untuk memproduksi bahan pembelajaran. Evaluasi dilaksanakan setelah selesai proses pembelajaran. Interaksi yang terjalin dengan peserta didik lebih intensif.
A. MATERI
Materi mengenai flash animamation yang akan dipelajari antara lain:
1. Memaksimalkan fungsi blog.
2. Memfungsikan atau memaksimalkan aplikasi yang merupakan bawaan dari komputer.
3. Website “Story Bird”.
4. Media pembelajaran berbasis seni visual.
5. Media pembelajaran berbasis seni peran.
B. PERAN GURU
Sebagai seorang guru yang dalam masyarakat dianggap sebagai panutan guru haruslah menjadi pribadi yang santun. Maksud dari guru haruslah menjadi pribadi yang santun ialah, dimana guru dapat mengayomi siswa sehingga siswa dapat merasa nyaman jika berada di sekitar guru, serta guru haruslah memiliki sikap tegas sehingga guru disegani dan dihormati siswa, selain itu guru juga harus selalu konsisten dengan apa yang dikatakannya, sehingga seorang guru harus mempunyai aura guru.
C. TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Teknologi pendidikan memiliki beberapa prinsip, antara lain:
1. Berorientasi pada peserta didik (students centered).
2. Menggunakan pendekatan sistem.
3. Pemanfaatan sumber belajar secara luas dan maksimal
Dikatakan teknologi pendidikan karena terdapat beberapa perubahan yang terjadi antara lain penetapan isi yang pada awalnya bersifat individual menjadi kerja sama antar team sehingga menjadi lebih komprehensif. Rancangan pembelajaran menjadi lebih menyeluruh, sistematik dan instruksional. Dalam proses pembelajaran lebih sering untuk memproduksi bahan pembelajaran. Evaluasi dilaksanakan setelah selesai proses pembelajaran. Interaksi yang terjalin dengan peserta didik lebih intensif.
Langganan:
Postingan (Atom)