MAKALAH
“LAPORAN HASIL KUNJUNGAN PEMENTASAN SENI di ISI ”
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Seni dan Karawitan
Dosen Pengampu :
Waluyo
DISUSUN OLEH :
Nama : Ismiati Ragil Handayani
NIM : A510120196
Kelas : IV E
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Karawitan
berasal dari kata rawit yang berarti rumit, indah, kecil, dan halus, dikatakan
rumit karena memiliki instrumen sendiri- sendiri. Kata jawa karawitan
khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang
bersistem nada nondiatonis ( dalam laras slendro dan pelog ) yang
garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memilikia
fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan
campuran yang indah didengar. mengandung nilai-nilai histories dan filsofis
bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan jawa merupakan salah
satu seni budaya yang siwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih
banyak digemari serta ditekuni. Secara Hipotesis, masyarakat Jawa sebelum
adanya pengaruh Hindu telah mengenal sepuluh keahlian, diantaranya adalah
wayang dan gamelan.
Medium karawitan yaitu
suara yang terdiri dari vokal dan instrumen. Instrumen memiliki beberapa fungsi
antara lain sebagai pamorga irama (pemimpin) yaitu kendang, sebagai pamorga
lagu yaitu rebab, sebagai penghias lagu seperti siter, gambang, suling, gender,
barung, dan penerus, dan sebagai penunjuk identitas bentuk gending seperti
gong, kenong, kempul, dan kethuk. Dalam karawitan mengolah unsur- unsur suara
yaitu tinggi rendah, panjang pendek, keras lirih, cepat lambat dan warna suara.
Karawitan dianggap
sebagai suatu kesatuan sistem musik yang memiliki unsur- unsur pembentuk antara
lain karawitan sebagai ungkapan seni, karawitan sebagai ilmu, perkembangan
karawitan dalam dunia seni dan dunia ilmu, keberadaan karawitan dalam konteks
sosial budaya (fungsi dan peranan karawitan dalam masyarakat dan budayanya).
Fungsi sosial untuk upacara tradisional seperti menikah dan peringatan hari
besar.
Gamelan termasuk musik
kontemporer / new musik gamelan. Gamelan termasuk tradisional karena usianya
tua, kualitas tinggi, dan penggunaan aturan yang ketat. Penggunaan aturan yang
ketat berhubungan dengan gamelan, aspek laras, aspek patet, aspek irama, aspek
bentuk dan jenis gendhing, dan aspek vocabuler garap. Dalam karawitan terdapat
berbagai jenis irama yaitu irama gropak, irama lancar, irama tanggung, irama
dadi, irama wiled, dan irama rangkep.
Dahulu pemilikan
gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini siapapun yang
berminat dapat memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan Jawa yang termasuk
kategori pusakamempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai
sosial, moral dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat kesenian
tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada. Duniapun mengakui bahwa
gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik
barat yang serba besar. Di dalam suasana bagaimanapun suara gamelan mendapat
tempat di hati masyarakat. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan
seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa
kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan. Semua itu karena
jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing.
B.
PEMBAHASAN
A. SAJIAN
KARAWITAN TRADISIONAL
Berikut adalah uraian dari sajian
seni karawitan tradisional yang telah dipentaskan oleh mahasiswa ISI Surakarta
pada tanggal 11 April 2014 :
1. Sajian
pertama oleh Dini Sekarwati dan Tri Haryoko. Jumlah pemain 30 orang yang
terdiri dari 1 orang pemain bonang, 1 pemain bonang penerus, 1 pemain rebab, 1
pemain gong yang merupakan satu paket dengan kempul, 1 pemain kenong, 1 pemain
kethuk kempyang, 1 pemain suling, 1 pemain siter atau kecapi, 9 orang sebagai
sinden, 3 orang pemain slenthem dengan pukul 2, 1 orang pemain slenthem biasa,
pemain balungan terdapat 7 orang antara lain 3 pemain demung, 3 pemain saron, 1
pemain saron penerusatau peking, 1 pemain pemain kajon karawitan suwuk
merupakan tanda akan selesai tempo cepat.
2. Sajian
kedua oleh Liliawati sebagai vokal, Danang Ari Prabowo ricikan rebab, dan Dani
ricikan gendir laras slendro patet 6. Jumlah pemain 26 orang, pemain hampir
sama dengan sajian pertama tetapi vokal hanya ada 1 orang, serta terdapat 4
penari, 1 orang dalang, terdapat drama yang menggunakan bahasa Jawa.
3. Sajian
ketiga oleh Dewi Mayang Arum sebagai vokal sinden, Deni Rahma Setyawan ricikan
rebab, Tri Bayu Santoso ricikan kendang, Swuh ricikan gendir, gending kethuk 4
minggah sekawan, menyajikan megatruh laras pelog patet barang. Jumlah pemain 27
orang, terdapat 1 orang sinden perempuan yang bernyanyi dan 5 sinden laki- laki
yang tepuk- tepuk serta bernyanyi, pemain musik yang lainnya sama dengan sajian
pertama.
B.
SAJIAN KARAWITAN MODERN
Berikut
adalah uraian dari sajian seni karawitan modern yang telah dipentaskan oleh
mahasiswa ISI Surakarta pada tanggal 16 April 2014 :
1.
Sajian
1 dipersembahkan oleh Arna Saputra dkk,
yang berjudul “Kluthekan”. Terdapat 10 pemain, 4 orang sebagai pengisi dan kelebihannya ada drama dan
lagunya. Sajiannya 1 suara dari gelas, botol kaca yang dipukul dan ditiup,
suara yang dihasilkan ada yang bernada tinggi ada juga
yang bernada rendah sehingga bisa terbentuk harmonisasi antara alat musik yang
satu dengan yang lain bisa terjalin dengan apik. Dalam cerita ada klimaksnya saat musik besar nyanyian besar saat musik
kecil nyanyian kecil.
2.
Sajian
2 dipersembahkan oleh Jasno dkk, yang berjudul “Trenyuh”. Terdapat 7 orang
pemain musik. Di awal pementasan ada bunyi dari bel kemudian senar yang ditarik,
ada suara air yang mengalir dari alat musik yang ada bambunya.
Musik yang disajikan divariasi dengan musik karawitan antara lain: bonang,
kempyang, dan rebab, Gitar, alat musik sejenis kajon hanya digunakan untuk lagu.
3.
Sajian
3 dipersembahkan
oleh Kukuh dkk, yang berjudul “Rondho”. Dalam pementasannya menggunakan alat musik kenyakan
tradisional antara lain: seruling, kendhang, bonang, dan kempyang. Tempo yang digunakan awalnya cepat kemudian melambat dan berakhir cepat lagi,
yang ditampilkan berupa lagu.
4.
Sajian
4 dipersembahkan oleh Suryo dkk, yang berjudul “Ngedablu” memiliki makna yaitu
bicara yang tidak jelas isinya / tidak ada artinya. Alat musik tradisional yang
digunakan antara lain: bonang, gong, balungan, seruling. Pada saat musiknya dimainkan terdengar tempo
yang lambat kemudian sedang dan
berakhir cepat. Dalam memainkan alat musik ada pengulangan musik
atau instrumen.
5.
Sajian
5 dipersembahkan oleh Toni dkk, yang berjudul “Kasmaran”.
Alat musik yang digunakan gabungan antara musik
tradisional dengan musik modern, alat musiknya antara lain:
kendhang, gong kecil, bonang, biola, dan gitar. Tempo yang digunakan komposer pada saat pementasan
awalnya lambat kemudian sedang dan berakhir cepat.
Yang disajikan berupa lagu dan musik,
ada pengulangan instrumen juga. Pada saat penutupan musiknya mulai mengecil.
6.
Sajian
6 di persembahkan oleh Udin dkk, yang berjudul “Lewat Belakang”.
Pementasan berupa modern musikal,
pembukaanya menggunakan pencahayaan korek api gas
yang dinyalakan kemudian dimatikan secara bergantian.
Sumber bunyi dari tong,
wajan yang di sreng-srengkan, gerindra yang mengeluarkan cahaya.
Adapun alat musik tradisional yang
digunakan yaitu rebab,
gong, kecapi, dan bonang. Tempo pada saat awal
sedang kemudian secara bertahap melambat.
PENUTUP
Karawitan dalam penyajiannya terbagi
menjadi 2 yaitu, sajian seni karawitan tradisional dan sajian seni karawitan
modern. Masing- masing jenis memiliki perbedaan dan persamaan. Karawitan
tradisional dalam penyajiannya selalu menggunakan baju adat jawa dan memiliki
alur cerita/ makna yang tradisional pula (biasanya alur ceritanya merupakan
legenda/ cerita rakyat), saat pementasan selalu menggunakan alat musik
tradisional murni, sinden selalu ada, tempo yang digunakan biasanya secara
bertahap akan semakin lambat, biasanya karawitan tradisional bersifat resmi dan
khas, karena sering dipentaskan pada acara tradisional/ resmi/ memperingati
hari besar.
Sementara
karawitan modern tidak selalu menggunakan kostum/ baju adat, memiliki alur yang
bebas, alat musik yang digunakan merupakan gabungan dari alat musik tradisional
dengan alat musik modern, tidak menggunakan sinden karena hampir semua pemain
akan bernyanyi atau turut serta menyumbangkan suara dalam pementasannya.
Biasanya tempo dalam karawitan modern akan semakin cepat apabila semakin mendekati
klimaksnya. Seni karawitan modern biasanya dapat dipentaskan pada semua acara,
sehingga karawitan modern bersifat bebas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar